Iklan

iklan

Rumah Tuan Kadi, Warisan Sejarah Melayu yang Berdiri Kokoh di Tepi Sungai Siak

Redaksi
Minggu, 22 Juni 2025 | 08:32 WIB Last Updated 2025-06-22T01:32:53Z
Rumah Tuan Kadi di Pekanbaru (Foto: Istimewa)

Pekanbaru, (Teras Kampar) – Di antara lalu-lalang kendaraan dan gemerlap lampu Jembatan Siak I yang membentang di atas Sungai Siak, berdiri sebuah rumah kayu tua yang penuh cerita. Rumah itu dikenal sebagai Rumah Tuan Kadi, salah satu bangunan bersejarah tertua yang masih bertahan di jantung Kota Pekanbaru.

Rumah ini diperkirakan dibangun pada awal abad ke-19, sekitar tahun 1800-an, pada masa kejayaan Kesultanan Siak Sri Indrapura. Rumah tersebut dibangun atas perintah Sultan Siak sebagai tempat tinggal bagi Tuan Kadi, seorang ulama terpandang sekaligus penasihat hukum kerajaan. Kata “kadi” sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti hakim dalam urusan agama.

Tuan Kadi memiliki peran penting dalam struktur pemerintahan Kesultanan, terutama dalam menegakkan syariat Islam dan menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat. Selain sebagai tempat tinggal, rumah ini juga berfungsi sebagai ruang peradilan agama dan tempat musyawarah para tokoh kerajaan.

Berlokasi di kawasan Kampung Bandar, Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, rumah ini berada di lokasi strategis hanya beberapa meter dari tepian Sungai Siak. Dari beranda rumah, pengunjung bisa menyaksikan pemandangan langsung ke arah sungai, yang dulunya merupakan jalur transportasi utama dan urat nadi perdagangan Kesultanan.

Secara arsitektural, bangunan ini khas rumah panggung Melayu, dengan dominasi bahan kayu ulin serta ukiran-ukiran halus yang melambangkan nilai budaya. Rumah Tuan Kadi terdiri dari dua lantai, dengan tangga kayu curam di bagian depan dan jendela lebar yang memungkinkan sirkulasi udara alami.

“Bangunan ini bukan hanya rumah tinggal, tapi juga pusat pertemuan tokoh-tokoh penting Kesultanan. Dari sinilah keputusan hukum syariah sering dikeluarkan,” ungkap Yulinda Sari, Kepala Bidang Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pariwisata Pekanbaru.

Sejak ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya, Rumah Tuan Kadi mulai dilirik sebagai destinasi wisata sejarah di Kota Pekanbaru. Namun, masih banyak warga yang belum mengetahui keberadaan atau pentingnya rumah ini.

“Banyak yang hanya lewat saja, padahal ini warisan sejarah kita. Kalau di luar negeri, bangunan seperti ini sudah jadi museum dan dikunjungi wisatawan dari seluruh dunia,” kata Reza Fadillah, pegiat komunitas sejarah Pekanbaru Heritage.

Saat ini, kondisi rumah mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Beberapa bagian atap mengalami kebocoran, dan struktur kayu di sisi belakang tampak lapuk dimakan usia. Pemerintah melalui Dinas Pariwisata berencana melakukan renovasi ringan, terutama pada bagian atap dan tiang penyangga, dengan tetap mempertahankan struktur dan material aslinya.

“Renovasi akan dilakukan secara bertahap agar tidak mengubah bentuk dan nilai historis bangunan,” jelas Yulinda menambahkan.

Warga sekitar berharap agar Rumah Tuan Kadi dapat difungsikan lebih maksimal, seperti menjadi museum mini, ruang diskusi sejarah, atau pusat pelatihan budaya Melayu.

“Kalau anak-anak sekolah bisa diajak ke sini, pasti mereka bisa lebih mengenal sejarah kota sendiri, bukan cuma lihat dari buku,” ujar Nuraini (56), warga Kampung Bandar.

Sebagai salah satu dari sedikit bangunan peninggalan Kesultanan Siak yang tersisa di Pekanbaru, Rumah Tuan Kadi bukan sekadar bangunan tua—ia adalah saksi bisu peradaban dan identitas Melayu yang perlu dijaga, dipelihara, dan dikenalkan kepada generasi masa depan. 

Penulis: Amanda Febrian N (Mahasiswa Universitas Islam Riau Jurusan Ilmu Komunikasi

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Rumah Tuan Kadi, Warisan Sejarah Melayu yang Berdiri Kokoh di Tepi Sungai Siak

Trending Now

Iklan

iklan