![]() |
Tenda kemah yang berjejer di tepi Sungai Subayang Kampar Kiri (Foto: Istimewa) |
Kampar Kiri (Teras Kampar) – Di tengah pesatnya perkembangan destinasi wisata modern, Desa Gema di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, hadir sebagai oase alami yang menawarkan ketenangan, keasrian, dan keindahan alam yang belum banyak tersentuh.
Kawasan wisata yang dikenal dengan nama Wisata Gema ini menyuguhkan pengalaman menyatu dengan alam di tepi Sungai Subayang, lengkap dengan hamparan hijau, udara segar, serta aliran sungai jernih yang mengalir tenang.
Berjarak sekitar 100 kilometer dari Kota Pekanbaru, lokasi ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2–2,5 jam perjalanan darat. Meskipun berada cukup jauh dari pusat kota, perjalanan panjang itu terbayar lunas dengan panorama alam perbukitan dan hutan yang memanjakan mata. Wisata Gema menjelma menjadi tujuan favorit bagi pecinta alam, terutama mereka yang gemar berkemah, menjelajah sungai, atau sekadar melepas penat dari hiruk-pikuk kehidupan kota.
Salah satu daya tarik utama dari Wisata Gema adalah kawasan Bumper (Bukit Tobek), sebuah area luas di tepian sungai yang kerap digunakan untuk kegiatan camping. Hamparan rumput hijau yang luas, dikelilingi oleh hutan lebat dan aliran sungai jernih, menciptakan suasana yang tenang dan menenangkan. Para pengunjung bebas mendirikan tenda di tepi sungai, menikmati senja, atau bersantai sambil menyeruput kopi di bawah langit terbuka.
Tidak hanya menawarkan panorama yang menyejukkan, Wisata Gema juga menjadi titik awal untuk menjelajahi lebih dalam kekayaan alam Kampar Kiri. Dari desa ini, pengunjung dapat menyewa perahu motor untuk menyusuri Sungai Subayang menuju destinasi lain seperti Air Terjun Batu Dinding di Desa Tanjung Belit, yang dikenal dengan formasi tebing alaminya yang unik dan eksotis.
Wisata ini juga berada tidak jauh dari kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling, sebuah wilayah konservasi yang menjadi habitat satwa langka, termasuk harimau Sumatera. Keberadaan wisata Gema yang berbasis desa ini turut memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat sekitar. Warga terlibat langsung dalam pengelolaan, menyediakan jasa sewa tenda, makanan lokal, hingga perahu wisata.
Dengan tarif masuk yang terjangkau dan fasilitas dasar seperti toilet umum, warung makan, serta area parkir, Wisata Gema kini menjadi pilihan populer untuk wisata alam yang aman, nyaman, dan sarat nuansa lokal. Meski belum memiliki infrastruktur modern seperti tempat wisata besar lainnya, daya tarik Gema justru terletak pada kesederhanaannya dan kealamiannya yang masih terjaga.
Wisata Gema bukan sekadar tempat berlibur, tapi juga ruang untuk kembali menyatu dengan alam. Di antara gemericik air sungai dan semilir angin perbukitan, pengunjung dapat menemukan ketenangan yang tak bisa dibeli di tengah kota.***
Penulis: Annisa Azzahra, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau