![]() |
Candi Muara Takus (Foto: Siti Nuraida Purnamasari) |
Kampar (Teras Kampar) – Di tengah pesatnya pembangunan dan modernisasi, Provinsi Riau menyimpan sebuah permata sejarah yang tak lekang oleh waktu: Candi Muara Takus. Kompleks percandian Buddha yang megah ini terus memancarkan pesonanya. Menarik ribuaan wisatawan dan peneliti setiap tahun untuk menyelami jejak peradapan kuno di Bumi Lancang Kuning.
Terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Berjarak sekitar 135 km dari kota Pekanbaru, dan sekitar 2,5 km dari pusat desa Muara Takus tidak jauh dari pinggir sungai Kampar kanan. Monumen Candi Muara Takus diperkirakan dibangun pada abad ke-11 atau ke-12 Masehi, dan merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang.
Meskipun lebih banyak dikenal di Sumatera Selatan, pengaruh kerajaan ini juga meluas ke wilayah Sumatera lainnya, termasuk Riau. Candi Muara Takus menjadi saksi bisu dari kerajaan Sriwijaya yang memiliki pengaruh besar di Asia Tenggara pada masa itu.
Secara Arsitektur, Candi Muara Takus Memiliki Keunikkan tersendiri. Meskipun bercorak Buddha, Struktur yang di dominasikan stupa menunjukkan perpaduan gaya yang khas, berbeda dari candi-candi Buddha yang berada di pulau Jawa. Di dalamnya terdapat beberapa bangunan penting seperti Candi Tua, Candi Mahligai, Candi Bungsu dan Candi Palangka.
Masing-masing Candi memiliki keunikkan dan fungsi tersendiri. Seperti Candi Tua yang dikenal juga dengan sebutan Candi sulung memiliki tiga bagian, yaitu kaki, badan dan atap.
Candi Mahligai dengan stupa Candi yang saat ini kondisinya paling utuh di antara lainnya dan Candi ini memiliki tiga bagian, yaitu bagian atap, badan dan kaki. Candi Bungsu yang hanya berjarak 3,85 m dari sebelah timur Candi Mahligai memiliki bangunan dengan panjang 13,2 m dan lebar 16,2 m.
Bentuk dari Candi Bungsu sangat mirip dengan Candi Tua tetapi bagian atasnya sedikit berbeda karena berbentuk persegi. Dan terakhir Candi palangka yang memiliki ukuran tidak terlalu besar dengan lebar 5,7 m, panjang 5,1 m, dan tinggi 2 m. Berbeda dengan candi lainnya, Candi terkecil di Muara takus hanya tersusun dari bata merah sebelum dipugar pada tahun 1987.
Kunjungan ke Candi Muara Takus tidak hanya menawarkan pengalaman wisata biasa, tetapi juga edukasi yang mendalam tentang sejarah dan peradaban kuno di Indonesia.
Pengunjung yang selalu bertambah setiap tahunnya untuk melihat betapa indahnya sebuah sejarah yang berada di Indonesia. Banyak wisatawan yang penasaran dengan ukiran dan corak dari Candi Muara Takus.
Bahkan, wisatawan tidak hanya warga lokal saja yang berkunjung melainkan warga dari negara asing untuk melihat keunikan yang di berikan oleh Candi Muara Takus.
Penulis: Siti Nuraida Purnamasari (Mahasiswi Universitas Islam Riau