Dinas Kesehatan Kampar Dorong Pemanfaatan Jamu dalam Gaya Hidup Sehat (Foto: Humas Dinkes Kampar)
Koto Kampar Hulu (Teras Kampar) – Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat program promotif dan preventif melalui pemanfaatan jamu sebagai bagian dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Hal itu disampaikan dalam sosialisasi bertema “Edukasi Pembuatan dan Penggunaan Jamu yang Aman, Bermutu, dan Bermanfaat” di Desa Bandur Picak, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kamis (28/8/2025).
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Farmasi Dinas Kesehatan Kampar, Erfan Djunaidi, menjelaskan bfahwa jamu bukan hanya simbol budaya, tetapi juga instrumen kesehatan yang bisa membantu menekan risiko penyakit tidak menular.
“Hipertensi, diabetes, dan penyakit metabolik semakin meningkat. Jamu bisa menjadi solusi promotif, asal digunakan sesuai aturan,” katanya.
Dinas Kesehatan melihat perlunya pendekatan terpadu agar jamu dapat diterima luas, baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat. Salah satunya melalui edukasi tentang standar mutu, keamanan bahan baku, dan tata cara konsumsi yang benar.
Menurut Erfan, program ini juga sejalan dengan kebijakan nasional yang mendorong pemanfaatan jamu ke arah fitofarmaka.
Menurut Erfan, program ini juga sejalan dengan kebijakan nasional yang mendorong pemanfaatan jamu ke arah fitofarmaka.
Dengan status tersebut, jamu dapat diintegrasikan dalam layanan kesehatan formal, sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih luas.
“Jamu tidak boleh lagi sekadar dianggap obat kampung. Kita ingin ada standar yang jelas, riset yang mendukung, dan regulasi yang menjamin keamanan. Ini yang sedang diperkuat pemerintah pusat, dan kami di daerah ikut mendukung,” ujarnya.
Selain aspek kesehatan, Dinas Kesehatan juga melihat potensi pemberdayaan ekonomi melalui UMKM jamu lokal. Namun, mereka menekankan pentingnya pengawasan mutu agar produk yang beredar benar-benar aman dan bermanfaat.
Kerja sama lintas sektor—antara DPR, Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah, dan masyarakat—dinilai menjadi kunci keberhasilan. “Kami di Dinkes akan mengawal agar edukasi ini sampai ke tingkat desa dan bisa dipraktikkan,” tambah Erfan.
Dengan langkah tersebut, Dinas Kesehatan berharap jamu dapat menjadi simbol sinergi antara pelestarian budaya dan transformasi kesehatan nasional. (Advetorial).
“Jamu tidak boleh lagi sekadar dianggap obat kampung. Kita ingin ada standar yang jelas, riset yang mendukung, dan regulasi yang menjamin keamanan. Ini yang sedang diperkuat pemerintah pusat, dan kami di daerah ikut mendukung,” ujarnya.
Selain aspek kesehatan, Dinas Kesehatan juga melihat potensi pemberdayaan ekonomi melalui UMKM jamu lokal. Namun, mereka menekankan pentingnya pengawasan mutu agar produk yang beredar benar-benar aman dan bermanfaat.
Kerja sama lintas sektor—antara DPR, Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah, dan masyarakat—dinilai menjadi kunci keberhasilan. “Kami di Dinkes akan mengawal agar edukasi ini sampai ke tingkat desa dan bisa dipraktikkan,” tambah Erfan.
Dengan langkah tersebut, Dinas Kesehatan berharap jamu dapat menjadi simbol sinergi antara pelestarian budaya dan transformasi kesehatan nasional. (Advetorial).